Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kebahagiaan Orang Tidak Percaya Hanya Sebatas di Dunia

Kebahagiaan Orang Tidak Percaya Hanya Sebatas di Dunia

“kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah”  Kolose 3:1

Orang-orang tidak percaya mencari kebahagiaan mereka di dalam benda-benda fana di dunia ini. Sebaliknya orang percaya mendapatkan kebahagiaan mereka di dalam Allah. Adalah bertentangan dengan natur iman jika orang percaya mencari rasa damai di dalam kenikmatan dunia yang fana ini.

Perjalanan musafir kita saat ini adalah sebuah penjara dunia, tetapi sayangnya, kita sudah terbiasa dengannya. Kitalah yang mematikan kesukaan penghiburan kita, lalu mengeluh tidak mendapat penghiburan. Adalah bodoh untuk berharap akan rasa damai atau kesukaan yang stabil atau menetap jika tidak berasal dari Kristus sebagai sumbernya.

BACA JUGA: 10 BUKTI KEILAHIAN YESUS KRISTUS

Oh kiranya orang percaya belajar hidup dengan satu mata terarah kepada Kristus yang tersalib dan mata satunya lagi pada kedatangan-Nya dengan segala kemuliaan-Nya! Apabila kesukaan kekal lebih anda sukai, maka kesukaan rohani akan lebih berlimpah di dalam hati anda. Tidak heran anda tidak tenteram jika anda melupakan surga. Tatkala orang percaya membiarkan rontok harapan surgawinya, tetapi meningkatkan hasrat duniawinya, mereka sebenarnya sedang mengundang rasa takut dan masalah.

Siapakah orang yang tertekan dan penuh keluh kesah kalau bukan mereka yang sedikit saja mengharapkan berkat-berkat surgawi, atau yang menaruh harapan terlalu tinggi pada kesukaan dunia? Apa yang membuat kita tertindih masalah adalah karena kita tidak berharap pada apa yang telah Allah janjikan, atau kita berharap pada apa yang tidak pernah Ia janjikan. Kita berduka atas salib, kehilangan atau menderita kerugian, karena kejahatan musuh, perlakuan teman yang tidak pantas, penyakit, atau
284

karena penghinaan dan cemoohan dunia. Tetapi siapa atau apakah yang menyemangati anda untuk mengharapkan yang lebih baik? Apakah Allah mengajarkan anda untuk menaruh kepercayaan pada kemakmuran, kekayaan, sanjungan, atau para kerabat? Apakah halhal ini dapat dijadikan andalan  menurut janji-janji Firman Tuhan? Jika anda sendiri yang membuat sebuah janji, lalu janji sendiri itu menipu anda, siapakah yang harus disalahkan? Hanya sedikit penghiburan dari benda-benda duniawi tetapi kita telah menaruh harapan yang terlalu tinggi pada mereka. Kapankah kita akan belajar dari Kitab Suci dan Providensia Allah untuk mencari jauh lebih banyak dari Allah, dan sedikit saja dari dunia?

Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan tulisan Richard Baxter, Practical Works, II: 884-885