Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Senantiasa Berdoa

Senantiasa Berdoa

“Tetaplah berdoa” 1 Tesalonika 5:17 

Senantiasa berdoa tidaklah sama dengan terus-terusan terlibat dengan tugas berdoa sehingga kewajiban-kewajiban lain tertelan oleh kegiatan ini. Maksud ayat ini adalah mengajar untuk berdoa secara teratur pada segala waktu (yang telah ditentukan) dan keadaan (Kejadian. 8:22), dan menjalani jadwal doa yang telah anda buat. Senantiasa berdoa berarti juga berdoa dengan membawa beban kesusahan dan emosi (Kis. 12:5). 

Jemaat sangatlah bersungguh-sungguh dan tekun di dalam doa bagi Petrus. Senantiasa berdoa juga berarti memanfaatkan setiap kesempatan di sepanjang hari untuk bermeditasi kudus. Kita dapat melakukan hal ini saat mendengar atau membaca Firman, atau saat menyelenggarakan kewajiban apapun, bahkan di dalam pekerjaan sekular kita. 

Hati dan afeksi kita yang bersifat surgawi akan mendesak keluar sebuah doa di tengah-tengah keramaian dan keributan urusan duniawi. Ada misteri kudus yang mengarahkan pekerjaan sekular kita melalui panah doa surgawi. Seorang percaya dapat menarik diri dan merasakan privasi di tengah-tengah kerumunan masyarakat. Toko atau ladangnya dapat menjadi sebuah kamar tertutup, dan ia dapat mencari nafkah dunia, tetapi juga mendapatkan surga. 

Berdoa senantiasa menjaga hati kita dalam kerangka doa sedemikian sehingga kita selalu siap sedia untuk berdoa. Mungkin inilah hal yang paling sejati dan alamiah dari apa yang dimaksudkan oleh rasul di sini: untuk memiliki kebiasaan memanjatkan doa-doa kita ke hadapan Allah sealamiah bernafas. Ini artinya mengambil semua peluang untuk bersujud di hadapan takhta kasih karunia. 

Untuk itu kita wajib melakukan 2 hal berikut: (1) Jangan terlalu terlibat dengan urusan dan kesenangan hidup ini: dunia dengan afeksinya tidak boleh dibiarkan melemahkan dan memadamkan api kudus yang membumbung ke surga. (2) Untuk menjaga hasrat kebiasaan berdoa, waspadalah agar tidak jatuh ke dalam perbuatan dosa yang jelas dan dosa kesombongan. Rasa bersalah yang disimpan dalam hati nurani akan mematikan hasrat berdoa. 

Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan karya Ezekiel Hopkins (1633-1690), Works, III:578-58